:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4737072/original/075912900_1707287679-IMG_20240207_132746_637.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Pemegang Bitcoin menghadapi tekanan setelah kejutan pengumuman tarif dagang Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang mengguncang pasar keuangan global, termasuk pasar kripto.
Namun, meskipun para hodler Bitcoin BTC/USD dihadapkan pada tekanan, beberapa anggota komunitas, termasuk salah satu pendiri BitMEX, Arthur Hayes, justru memanfaatkan momen ini untuk membeli Bitcoin dengan harga diskon.
“Saya sudah membeli BTC sedikit demi sedikit sepanjang hari, dan akan terus melanjutkan,” tulis Hayes dikutip dari laman Cointelegraph.com, Selasa (8/4/2025).
Ia juga memprediksi dominasi Bitcoin dalam pasar kripto secara keseluruhan akan meningkat. Hayes memperkirakan pangsa pasar Bitcoin yang saat ini sekitar 60,5% akan naik menuju 70%.
Para Trader Tak Berdaya
Sementara Hayes terus menimbun Bitcoin di tengah kekacauan pasar akibat tarif, perusahaan investasinya, Maelstrom, dilaporkan menjual BTC pada Desember 2024, ketika harga Bitcoin mendekati rekor tertinggi sepanjang masa, sekitar USD 100.000.
Dalam sebuah tulisan blog berjudul “Trump Truth”, Hayes telah meramalkan jatuhnya pasar kripto secara besar-besaran setelah pelantikan Trump pada Januari, memprediksi benturan antara optimisme pasar terhadap kebijakan kripto Trump dan kenyataan implementasi kebijakan tersebut.
“Nasihat para evangelis Bitcoin untuk tidak pernah menjual dan selalu membeli saat harga turun kini benar-benar menguji mental para hodler,” kata Petr Kozyakov, salah satu pendiri dan CEO platform infrastruktur pembayaran Mercuryo.
“Para trader ritel amatir dan institusi keuangan besar tampaknya sama-sama tidak mampu menebak langkah Trump berikutnya,” lanjutnya.
Kozyakov menambahkan bahwa banyak trader saat ini memilih menunggu di pinggir pasar, mempertimbangkan apakah pasar sudah stabil. Meskipun ada ketidakpastian jangka pendek, Kozyakov tetap optimis terhadap prospek jangka panjang Bitcoin sebagai “emas digital baru”.
“Para trader dengan hati-hati menunggu peluang untuk masuk kembali ke pasar dan menilai apakah ada tanda-tanda pasar terlalu dijual,” kata Kozyakov.
Kozyakov bukan satu-satunya yang melihat masa depan menjanjikan bagi Bitcoin sebagai “emas digital baru.” Pendiri ARK Invest, Cathie Wood, juga optimis terhadap Bitcoin dibanding emas, dan pada Februari lalu menyatakan bahwa “penggantian” emas oleh Bitcoin sudah terjadi.
Bitcoin Gagal Jika Tak Dipakai Jadi Alat Pembayaran
… Selengkapnya
Meskipun Hayes dan Wood menunjukkan optimisme, beberapa anggota komunitas kripto memperingatkan bahwa Bitcoin memerlukan lebih dari sekadar narasi penyimpan nilai agar tetap relevan.
Jack Dorsey, mantan CEO Twitter dan pengusaha kripto, meragukan bahwa BTC bisa berhasil jika hanya dianggap sebagai alat penyimpan nilai.
“Jika [Bitcoin] hanya berakhir sebagai penyimpan nilai dan tidak lebih dari itu, saya rasa ia tidak akan menjadi relevan sama sekali,” kata Dorsey.
Agar tetap relevan, menurut Dorsey, Bitcoin harus mempertahankan fungsinya sebagai alat pembayaran, kalau tidak maka itu hanya sesuatu yang dibeli dan dilupakan, dan hanya digunakan dalam situasi darurat atau ketika ingin mencairkan kembali.
“Jadi saya rasa, jika tidak bertransformasi menjadi alat pembayaran dan menemukan kegunaan sehari-hari, Bitcoin akan semakin kehilangan relevansi. Dan menurut saya, itu adalah kegagalan,” ujarnya.
Meskipun volatilitasnya sering dianggap sebagai hambatan utama dalam penggunaannya sebagai alat pembayaran, Bitcoin tetap menjadi aset pembayaran utama di platform seperti BitPay sepanjang tahun 2024. Beberapa yurisdiksi juga telah menggunakan Bitcoin sebagai alat pembayaran dalam perdagangan global.
Harga Bitcoin Anjlok di Bawah USD 80.000, Investor Harus Siap Berdarah-darah
… Selengkapnya
Sebelumnya, harga Bitcoin anjlok tiba-tiba dalam beberapa jam terakhir. Harga Bitcoin turun dari USD 83.000 per kooin menjadi di bawah USD 79.000 per koin.
Berdasarkan data dari CoinMarketCap, Senin (7/4/2025) pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) kembali melemah. Bitcoin turun 6,28 persen dalam 24 jam, tetapi masih melemah 4,57 persen sepekan. Harga Bitcoin berada di level USD 78.262,83 per koin atau setara Rp 1.309 miliar (asumsi kurs Rp 16.740 per dolar AS).
Berdasarkan data dari CoinGlass, pasar kripto mengalami lonjakan tingkat likuidasi, karena posisi leverage senilai hampir USD 600 juta dihapuskan. Pergerakan ini terjadi setelah beberapa hari ‘tenang’ di mana BTC mengungguli indeks utama, yang mendorong banyak pihak untuk menggarisbawahi sifat-sifatnya sebagai penyimpan nilai digital.
Analis kripto Jonatan Randing dikutip dari cryptopotato, mengomentari masalah ini dan menggarisbawahi bahwa BTC tampaknya akan mencapai EMA Mingguan 50, yang secara historis bertindak sebagai level support yang baik selama pasar bullish, yang segera menimbulkan pertanyaan apakah benar-benar berada dalam pasar bullish.
Sementara itu, pasar berada di bawah tekanan serius dalam mengantisipasi tarif timbal balik atas nama Uni Eropa, menyusul keputusan Trump untuk mengenakan pungutan sebesar 20% atas impor UE.
Tampaknya para pedagang bersiap menghadapi pasar saham yang ‘berdarah’ pada hari Senin setelah minggu perdagangan terburuk untuk indeks-indeks utama seperti S&P 500, NASDAQ 100, dan DJI sejak kejatuhan COVID pada tahun 2020.
Leave a Reply